![]() |
Sejumlah pelajar dari Singapura nampak antusias merilis sejumlah tukik di pantai Nipah. (Insight Nusantara/Deki Zulkarnaen) |
Lombok Utara, insightnusantara.com - Pantai Nipah, yang dahulu hanya dikenal sebagai destinasi sederhana dengan warung bakar ikan, kini telah berubah menjadi salah satu tujuan wisata utama di Lombok Utara. Perubahan ini sebagian besar didorong oleh berdirinya Turtle Conservation Community (TCC), sebuah pusat konservasi penyu yang tak hanya melindungi satwa langka ini, tetapi juga merangsang pertumbuhan ekonomi lokal.
Awal Mula dan Perjuangan TCC
Fikri, Ketua Kelompok TCC, menceritakan kepada Insight Nusantara tidak lama ini, bagaimana ide untuk mendirikan pusat konservasi ini bermula dari keprihatinan terhadap nasib penyu yang bertelur di sekitar Pantai Nipah.
“Pada awalnya, hanya beberapa orang yang peduli dengan upaya pelestarian ini. Bahkan ada yang mencemooh, ngapain urus telur telur penyu. Tapi inilah tantangannya. Kami harus terus mengedukasi,” cerita pria yang lancer berbahasa Inggris ini.
Mereka bekerja secara swadaya, mengumpulkan dana sendiri, dan berusaha menarik perhatian masyarakat sekitar yang, menurut Fikri, kurang menyadari pentingnya menjaga lingkungan laut sebagai sumber mata pencaharian.
Perjuangan mereka membuahkan hasil. Setelah lima tahun beroperasi, TCC berhasil mendapatkan perhatian dari berbagai pihak, termasuk perusahaan besar seperti Pertamina yang kini menjadi mitra utama mereka. Dengan dukungan ini, TCC terus berkembang dan bahkan menerima nominasi penghargaan di Jakarta yang dihadiri juga oleh Bupati Djohan Sjamsu, sebuah pencapaian besar yang mengukuhkan posisi mereka sebagai pelopor konservasi lingkungan di Lombok Utara.
Daya Tarik Wisata Baru di Pantai Nipah
Selain misi konservasinya, TCC juga berhasil mengubah wajah Pantai Nipah. Sebelumnya, pantai ini tidak memiliki banyak daya tarik wisata selain warung bakar ikan. Namun, dengan adanya TCC, pantai ini kini ramai dikunjungi oleh wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Fikri mencatat bahwa saat ini, hingga 50 turis asing bisa datang setiap harinya, tertarik oleh kesempatan untuk melihat penyu dan bahkan ikut serta dalam pelepasan tukik (bayi penyu) ke laut.
“Turis asing bisa 50-an perhari yang datang, kalau lokal, bisa ratusan perhari. Belakangan ini yang banyak datang dari turis Prancis dan Jerman,” tutur Fikri.
Kehadiran TCC juga membuka peluang bagi berbagai aktivitas wisata lainnya di Pantai Nipah. Sekarang, pengunjung dapat menikmati berbagai layanan seperti snorkeling, kano, diving, hingga penyewaan perahu. Semua ini menambah ragam pilihan bagi wisatawan dan memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal.
Konservasi dan Edukasi Lingkungan
Dengan adanya konservasi tersebut selain wisatawan, banyak pelajar berdatangan study tour ke konservasi mereka. Tidak hanya pelajar lokal tapi dari mancanegara juga.
"Pelajar dari Singapura, Australia, dan lainnya. Kalau dari pelajar Indonesia ada dari Undip, Unibraw, Unram dan lainnya. Kami juga sharing knowledge dengan mereka. Saya juga mesti membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan penyu ini. Karena mau gak mau saya harus bisa menjelaskan kepada pengunjung," terang Fikri yang sering mengunjungi konservasi lain serupa di Bali.
TCC tidak hanya fokus pada pelestarian penyu, tetapi juga aktif dalam menjaga kebersihan pantai dan kelestarian terumbu karang. Mereka rutin mengadakan kegiatan bersih pantai dan mempromosikan pentingnya ekosistem laut melalui berbagai acara, termasuk festival dan lomba dayung yang melibatkan 19 perahu.
![]() |
Turis mancanegara bergembira melepas tukik. |
Sejak berdiri, TCC telah berhasil merelokasi lebih dari 3.000 butir telur penyu selama musim bertelur, yang biasanya terjadi sekitar bulan Mei. Upaya ini menunjukkan komitmen mereka untuk melindungi penyu dan memastikan keberlanjutan spesies ini di wilayah Pantai Nipah.
Sementara itu, sumber pendanaan mereka yakni masih mandiri swadaya. Artinya mereka dengan segala inovasi harus mencari cara untuk mendapatkan pendanaan.
“Alhamdulillah ada saja. Kami juga buka paket. Misalnya paket rilis penyu segini, paket melihat penyu di laut segini. Kami juga buka open donation. Seikhlasnya,” tambah Fikri.
Harapan
Membangun tempat konservasi adalah sebuah pekerjaan besar. Ini tentu butuh manajemen, SDM dan sumber pendanaan yang tidak sedikit. Fikri, berharap ada perhatian lebih lagi dari pemerintah agar kegiatan konservasi berjalan dengan lancar.
“Kami berharap, baik dari pemda, pemdes lebih memerhatikan konservasi ini lagi. Dukungan apapun tentu akan sangat bernilai bagi kami,” ujarnya.
Kisah Turtle Conservation Community di Pantai Nipah adalah contoh nyata bagaimana inisiatif lokal dapat memberikan dampak besar, tidak hanya dalam hal pelestarian lingkungan tetapi juga dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pariwisata. Dengan terus melibatkan masyarakat dan mendidik wisatawan, TCC berhasil mengubah Pantai Nipah menjadi destinasi wisata yang ramah lingkungan sekaligus menguntungkan bagi penduduk lokal. (red)
0 Komentar