Lombok Utara,insightnusantara.com – Pasca insiden penyerangan di Mapolsek Kayangan pada Senin (17/3), dampak psikologis yang dialami oleh personel kepolisian, Bhayangkari, dan anak-anak tidak bisa diabaikan. Trauma dan ketakutan masih membayangi mereka yang menyaksikan serta mengalami langsung kejadian tersebut.
Menanggapi situasi ini, Polres Lombok Utara bergerak cepat dengan menggelar program trauma healing bagi personel dan keluarga mereka pada Sabtu (22/3) di Mapolsek Kayangan. Kegiatan ini dipimpin oleh Kabag SDM Polres Lombok Utara, AKP Agus Racman, SH, bekerja sama dengan tim konselor psikologis yang terdiri dari AKP Henni Adriani, IPDA Hukman Nazri, serta dukungan medis dari Sidokes Polres Lombok Utara.
Trauma healing ini bukan sekadar program pemulihan biasa, tetapi langkah strategis untuk memastikan personel kepolisian tetap tangguh, baik secara fisik maupun mental, dalam menjalankan tugas mereka ke depan.
Peristiwa penyerangan terhadap institusi kepolisian bukan hanya serangan fisik, tetapi juga serangan terhadap ketahanan mental para aparat penegak hukum. Rasa terancam, kecemasan, bahkan trauma berkepanjangan bisa terjadi jika tidak segera ditangani dengan tepat.
AKP Agus Racman, SH, dalam keterangannya, menekankan bahwa pemulihan psikologis sama pentingnya dengan pemulihan keamanan pasca-insiden.
“Kami ingin memastikan bahwa anggota kami dan keluarganya tidak hanya pulih secara fisik, tetapi juga mental. Rasa takut dan trauma bisa mengganggu fokus kerja di lapangan, dan itu harus ditangani dengan profesional,” ujarnya.
Tak hanya personel kepolisian, keluarga mereka, terutama anak-anak, juga mengalami dampak psikologis yang tidak kalah berat. Banyak di antara mereka yang merasa tidak aman, mengalami kecemasan berlebihan, hingga kesulitan tidur akibat kejadian tersebut.
Tak hanya bagi personel, trauma healing juga diberikan kepada anak-anak yang mengalami dampak psikologis akibat peristiwa tersebut. AKP Henni Adriani, yang memimpin sesi trauma healing, menekankan bahwa anak-anak memiliki mekanisme berbeda dalam mengatasi trauma.
“Anak-anak kerap kali sulit mengungkapkan rasa takut mereka. Oleh karena itu, kami menggunakan terapi bermain dan komunikasi interaktif agar mereka merasa aman dan nyaman kembali,” jelasnya.
Pendekatan yang digunakan dalam trauma healing ini menggabungkan sesi konseling individu, terapi kelompok, teknik relaksasi, hingga terapi bermain untuk anak-anak. Setiap peserta diajak untuk mengekspresikan emosi mereka dengan cara yang sehat, baik melalui diskusi terbuka, latihan pernapasan, maupun simulasi pemulihan mental berbasis pengalaman.
IPDA Hukman Nazri, yang juga turut memberikan sesi konseling, menekankan pentingnya pendekatan yang personal.
“Setiap individu mengalami trauma dengan cara berbeda. Ada yang terlihat tegar, tapi menyimpan ketakutan mendalam. Ada pula yang mengalami gejala psikologis seperti sulit tidur atau kecemasan. Oleh karena itu, kami memastikan bahwa setiap peserta mendapatkan perhatian yang sesuai dengan kebutuhannya,” paparnya.
Tak butuh waktu lama bagi para peserta untuk mulai merasakan manfaat dari sesi trauma healing ini. Banyak dari mereka yang awalnya enggan berbicara, akhirnya berani mengungkapkan perasaan mereka.
Salah satu personel Polsek Kayangan AIPTU Lindu mengaku sempat mengalami kesulitan untuk kembali fokus menjalankan tugas pasca insiden tersebut.
“Saya selalu terbayang kejadian itu. Tidur pun tidak nyenyak, rasanya gelisah terus. Tapi setelah mengikuti trauma healing ini, saya merasa lebih tenang. Setidaknya, saya tahu saya tidak sendirian dalam menghadapi ini,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Di sisi lain, beberapa Bhayangkari yang mengikuti sesi ini juga mengungkapkan rasa syukur mereka.
“Kami istri-istri polisi selalu berusaha kuat, tapi kejadian kemarin benar-benar membuat kami takut. Trauma healing ini sangat membantu kami untuk memahami bahwa ketakutan itu wajar, dan ada cara untuk mengatasinya,” tutur salah satu peserta.
Melihat dampak positif yang dirasakan para peserta, Polres Lombok Utara memastikan bahwa program ini tidak akan berhenti sampai di sini.
“Kami tidak ingin ada anggota kami yang merasa berjuang sendirian dalam menghadapi trauma ini. Ini adalah bagian dari tanggung jawab kami sebagai institusi untuk memastikan kesejahteraan mental dan emosional mereka,” Pungkas AKP Agus Racman.
Dengan adanya langkah strategis ini, Polres Lombok Utara menunjukkan komitmen kuat dalam membangun ketahanan mental bagi seluruh personel kepolisian. Sebab, di balik seragam yang mereka kenakan, mereka tetap manusia yang membutuhkan dukungan untuk bisa terus berdiri tegak melindungi masyarakat. ( zett )
0 Komentar